20+ Tari Tradisional JAMBI (Lengkap) dan Penjelasan

Posted on

Daftar Tari Tradisional Provinsi Jambi

Tari Tradisional Jambi – Di penghujung bulan Juni 2019 ini, Senipedia akan kembali membagikan informasi mengenai Tarian tradisional asal Sumatera, yang sebelumnya juga sudah saya ulas yakni dari Aceh, Sumut, Sumbar dan Riau.

Nah, pada kesempatan ini, kita beralih ke tarian adat Sumatera yang berikutnya, yakni Tari Tradisional Jambi lengkap beserta penjelasannya. Sebelum lanjut, terlebih dahulu akan saya ulas mengenai Biodata Provinsi Jambi di Bawah ini.

Jambi adalah sebuah provinsi yang terletak di pesisir timur bagian tengah Pulau Sumatera, berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Selatan dan Riau. Berdiri si atas tanah seluas 50.160,05 km, dengan populasi 3.515.017 jiwa di tahun 2017.

Luasnya daerah dan padatnya penduduk menjadikan Jambi sebagai salah satu provinsi, dengan kekayaan budaya yang melimpah, dan diantaranya yang terbaik adalah Tarian Tradisional Jambi serta sejarahnya.

Selain itu, Jambi juga menjadi Provinsi dengan lagu daerah yang banyak, sebut saja seperti lagu Injit-injit Semut dan Timang-Timang Anakku Sayang, yang telah tersohor dan tersebar di seluruh belahan Nusantara.

Namun pada artikel ini, kita tidak akan membahas kebudayaan Jambi secara luas dulu, namun lebih khusus kepada Tari Adat Jambi secara Lengkap, beserta dengan keterangannya.

Tari Sekapur Sirih

Tarian daerah asal Jambi yang pertama bernama Sekapur Sirih. Sesuai dengan namanya yang berkaitan dengan ‘Pembukaan’, tarian ini ditujukan kepada tamu-tamu terhormat atau tokoh besar yang mengunjungi Jambi.

Tari Sekapur Sirih Jambi diciptakan oleh seorang seniman bernama Firdaus Chatab pada tahun 1962. Eksistensinya begitu pesat dan terus dikembangkan, meskipun saat ini tidak begitu dinikmati lagi seperti awal kemunculannya.

Jumlah penarinya adalah 9 orang, dengan 1 orang pembawa payung, 2 orang sebagai pengawal dan sisanya sebagai penari.

Namun hari ini, jumlahnya sudah berkurang menjadi 6 orang, dengan 1 orang pria pembawa Carano (mangkok), selebihnya penari wanita.

Tidak jauh berbeda dengan Tari Persembahan yang ada di Riau maupun Sumbar, yang jadi pembeda hanyalah gerakan, jumlah penari dan kostum, sedangkan maknanya tetap sama yakni sebagai tarian sambutan.

Tari Selampit Delapan

Ini adalah Tarian asli Jambi yang punya makna dan peran penting bagi masyarakat disana, terutama kaum remaja.

Faktanya, tari Selampit Delapan menjadi simbol yang mendeskripsikan keakraban dan persaudaraan antara pemuda-pemudi Jambi.

Yang dimaksud dengan “Sampit Delapan” adalah 8 helai kain Sampit (kain panjang) dengan variasi warna berbeda, serta dijadikan sebagai lambang pertalian sesama remaja di Jambi.

Jumlah penarinya adalah 8 orang, dengan masing-masing memegang satu kain. Kemudian para penari akan melakukan gerakan menyilang dengan format sedemikian rupa, sehingga terciptalah hasil rajutan indah.

Kerindahan rajutan semakin terlihat manakala diisi oleh berbagai warna berbeda. Tali rajutan inilah yang menjadi simbol persaudaraan dan kerjasama para pemuda dan pemudi masyarakat Jambi.

Tari Inai

Dalam Budaya Minangkabau, tradisi ‘Malam Bainai’ sangatlah populer, dimana proses akan terjadi pada malam hari sebelum pesta pernikahan berlangsung, khusus bagi mempelai wanita.

Di Provinsi Jambi ternyata juga ada, namun tetap terdapat beberapa perbedaan. Tari Inai ini sejatinya mengkombinasikan seni tari dan seni musik didalamnya. Tarian ini khusus di rumah mempelai wanita saja.

Tujuan dari Tarian ini sendiri adalah, upaya untuk menjaga mempelai wanita dari berbagai kemungkinan adanya serangan supranatural. Selain itu, juga dijadikan sebagai media hiburan dan ungkapan estetik.

Terdapat 3 level gerakan dalam tarian ini, yakni gerakan pembuka, isi dan penutup. Sedangkan untuk pola gerakannya sendiri menyerupai gerakan silat, karena terdapat unsur gerakan hewani, maupun kejadian di alam liar.

Untuk pakaian / kostumnya sendiri, menggunakan pakaian adat Melayu, dengan peci di kepala dan celana panjang, serta kain sarung / songket yang diikatkan di paha (atas lutut) sebagai properti tambahan.

Tari Tauh

Tidak jauh berbeda dengan Selampit Delapan, Makna dari Tari Tauh adalah sebagai simbol atau lambang persaudaraan serta pergaulan positif masyarakat, terutama Pemuda dan Pemudi.

Tari daerah Jambi yang satu ini juga merupakan warisan budaya nenek moyang mereka, yang telah ada sejak zaman dahulu kala.

Karena tersebar secara turun temurun, sehingga tidak ada yang tahu Siapa pencipta awalnya. Namun yang pasti, keberadaannya selalu dilestarikan hingga kini.

Seperti pada umumnya, tari ini dimainkan oleh wanita dan pria secara berpasang-pasangan. Alat musik pengiringnya adalah Rebab, Gong dan nyanyian klasik yang disebut dengan Mantun.

Untuk durasi penampilannya sendiri sangat bervariasi, tergantung dari panjang atau pendeknya pantun yang dibawakan. Bahkan tidak heran bila tarian ini bisa berlangsung dari senja hingga pagi hari.

Tari Jambi Rentak Besapih

Tari tradisional Jambi yang berikutnya bernama Rentak besapih. Makna dari tarian ini adalah melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat Jambi, seiring dengan hentakan kaki dari tari ini sendiri.

Tarian ini dimainkan oleh pria dan wanita yang berjumlah sekitar 8 hingga 10 orang, dengan memakai kostum pakaian adat melayu Jambi.

Tari Rentak besapih berasal dari sejarah Jambi yang pada zaman dahulu menjadi kota perdagangan. Banyak sekali pedagang dari luar maupun dalam negeri datang ke Jambi.

Sehingga terciptalah beraneka ragam suku dan ras di sana, kemudian direpresentasikan menjadi dalam bentuk kesenian, termasuklah tari Rentak besapih ini.

Tari Kubu

Sesuai dengan namanya, tari ini berasal dari suku Kubu, yakni sebuah suku pedalaman yang tinggal dan menetap di perbatasan antara Jambi dengan Sumatera Selatan.

Ini adalah suku bersejarah yang menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia di masa lalu. Masyarakat suku ini banyak ditemukan di daerah Taman Bukit 12.

Karena masih bertahan dengan gaya hidup semi-nomaden, menjadikan masyarakat suku tersebut masih bertahan dengan pola hidup Homogen, Misalnya saja mencari makanan dengan cara berburu.

Tari kubu ini dimainkan oleh 10 orang, dimana 5 orang perempuan dan 5 laki-laki dengan memakai kostum pakaian khas dari suku Kubu itu sendiri, serta dipakai juga dalam keseharian mereka.

Ada gerakan yang unik dari tarian ini, yang sekaligus menjadi pembeda dari tarian yang lain. Yakni adalah adanya gambaran seseorang yang terkena penyakit.

Kemudian orang tersebut diangkat beramai-ramai, lalu diberikan obat-obatan tradisional dari alam, barulah setelah itu dibacakan mantra-mantra khas suku Kubu.

Tari Rentak Kudo

Tarian ini berasal dari daerah Hamparan Rawang, Kerinci. Sesuai dengan namanya, Rentak Kudo berarti menghentak-hentakkan kaki ke tanah, layaknya seekor kuda ketika berlari.

Pada prakteknya, tarian ini akan terlihat pada dua momen, yang pertama adalah saat panen besar, dan yang kedua ketika musim kemarau panjang, untuk memanjatkan do’a kepada Tuhan agar diturunkan hujan.

Masyarakat Kerinci sangat mencintai kesenian tarian ini. Untuk terus melestarikannya, terkadang mereka juga membawakannya saat pesta pernikahan di daerah tersebut.

Tari Nitih Mahligai

Tarian Tradisional Jambi berikutnya bernama Nitih Mahligai, yang masih berasal dari Kerinci. Asal usul tarian ini diangkat dari salah satu upacara adat bernama “Niti Naik Mahligai”.

Pada awal perkembangannya, upacara ini diadakan saat memilih pemimpin / raja di daerah Bukit Kaco, dan ditata oleh Epa Bramanti Putra.

Jenis alat musik tradisional sebagai pengiring tarian ini adalah Gendang, serta diiringi lantunan Vocal yang disebut “Nyahu”. Untuk gerakannya sendiri, penari akan mengikuti kedua elemen tersebut.

Tari Rangguk Tradisional Jambi

Masih datang dari daerah Kerinci, tepatnya di dusun Cupak. Banyak varian arti yang menterjemahkan kata Rangguk ini sendiri, misalnya diartikan sebagai “tari” atau “ngangguk”.

Makna pertama yang timbul dari tarian ini adalah hanya sebatas penghibur dan dimainkan oleh kaum laki-laki setelah pulang kerja, dengan tujuan sebagai pelepas lelah.

Pada awalnya, hanya dimainkan oleh laki-laki saja, namun sekarang, peran wanita telah ikut dalam kesenian tari Rangguk ini.

Kostum yang dipakai dalam tarian ini adalah pakaian adat khas Melayu, dengan tambahan properti berupa gendang kecil yang dipegang.

Dalam pementasannya sendiri, tarian ini dimainkan secara berbaris sambil mengangguk-anggukkan kepala kepada para tamu.

Lalu melantunkan beberapa pantun Selamat datang, dan kemudian mengiringi tamu sampai ke tempat yang telah ditentukan.

Tari Sekato

Tari Tradisional Jambi berikutnya bernama Sekato (seiya/sekata). Makna dari tarian ini adalah barisan pemuda-pemudi yang sedang menjalin kasih Asmara.

Saat pertunjukkan, tarian ini dibawakan oleh 8 orang perempuan dan laki-laki secara berpasang-pasangan, serta dilengkapi dengan properti kipas yang dideskripsikan sebagai bahan pelindung.

Tari Liang Asak

Ini adalah Tari adat Jambi yang berasal dari Sarolangun. Tarian ini mendeskripsikan tentang kegiatan di sawah oleh pemuda-pemudi Kampung, terutama saat menugal.

Sedangkan arti “Liang Asak” sendiri adalah, lubang-lubang kecil di tanah hasil dari hentakan kayu atau penugal, yang dilakukan oleh para petani untuk tempat benih padi ditaburkan.

Tarian ini dibawakan oleh Pemuda dan Pemudi secara berpasang-pasangan, dengan jumlah minimal 3 hingga 5 pasangan.

Selain gerakan inti yakni gaya menugal, juga diselipi dengan gambaran senda gurau dari para petani ketika bekerja di ladang, ini membuktikan kebahagiaan dan keakraban dari sesama mereka.

Sedangkan untuk kostum tarian nya sendiri, penari wanita akan menggunakan pakaian khas melayu yakni baju kurung, dengan sarung dan topi penutup kepala.

Sedangkan kostum pria mengenakan pakaian adat muslim, contohnya teluk belango dan penutup kepala atau peci. Untuk alat musik pengiring tari nya biasanya digunakan gendang, biola, Gong dan Accordion.

Tari Serengkuh Dayung

Tarian ini khusus dibawakan oleh kaum wanita, dimana maknanya sendiri ialah menggambarkan kesatuan arah yang sama, kekuatan secara tim, dan rasa kebersamaan dalam segala hal.

Sejatinya, tarian ini telah mengalami sedikit perubahan dari dari ciptaan aslinya, karena telah ditata ulang oleh Aini Rozak pada tahun 1990.

Tari Kisan

Masih berhubungan dengan pertanian, tari kisan ini mendeskripsikan kegiatan masyarakat dalam mengolah padi menjadi beras.

Meskipun tidak diketahui Siapa pencipta asli dari tarian ini, namun pada tahun 1983 telah berhasil ditata ulang oleh Darwan Asri. Terakhir, tarian ini biasanya dibawakan oleh kaum Putri saja.

Tari Piring asal Jambi

Selama ini kita mengenal bahwa hanya Sumatera Barat lah yang memiliki tari piring, ternyata Jambi juga punya loh, penciptanya bernama Abdul Manan, namun ditata ulang kembali pada tahun 1970 oleh OK Hendri.

Saya belum mendapatkan informasi mengenai makna dari Tari Piring Jambi di sendiri, tapi yang pasti, menurut saya tarian yang satu ini sangat ekstrem.

Kenapa? Karena pada adegan terakhir, salah satu penari akan meloncat-loncat di atas pecahan piring itu sendiri. Dalam prakteknya, tari ini sangat menggambarkan kelincahan dan kelenturan tubuh dari setiap penari.

Tari Baselang

Baselang adalah nama dari salah satu tari tradisional Jambi yang ukurannya tidak seperti dari lainnya. Selain itu penataan ulang telah terjadi pada tarian ini sejak tahun 1977 oleh Darwan Asri.

Dalam penampilannya, tarian ini dimainkan oleh putra dan putri yang menggambarkan ikatan mereka dalam bergotong-royong, serta bekerjasama secara kekeluargaan.

Tari Sumbun

Pencipta dari tari ini sendiri belum dikenal sampai sekarang, namun diperjelas setelah penataan ulang pada tahun 1989 oleh Rukiah Effendi.

Tarian ini mendeskripsikan tentang kelincahan dan ketekunan nelayan dalam menangkap sumbun di tepi pantai. Entah apa itu sumbun, saya juga belum pernah mendengarnya.

Dalam penampilannya sendiri tarian ini hanya dimainkan oleh kaum wanita saja, dengan gaya yang khas, dengan cara memasukkan obat dalam sumbun.

Tari Japin Rantau

Pada postingan Sebelumnya saya telah memasukkan tari Zapin ini ke dalam salah satu jenis tarian tradisional Provinsi Riau, namun sebenarnya untuk tari ini sendiri pemiliknya adalah suku Melayu.

Kita tahu penduduk suku Melayu tersebar luas di Pulau Sumatera, dan bahkan sampai ke beberapa negara tetangga.

Akhirnya menyebar dengan luas, sehingga terdapat di berbagai Provinsi, tapi dengan struktur tarian dan gerakan yang agak sedikit berbeda.

Dari segi kostum yang dipakai pastinya pakaian adat suku Melayu asli, dengan alat musik tradisional yakni gambus dan marwas.

Kemudian para penari akan mengikuti alunan musik pengiring sebagai patokan dari gerakan tari itu sendiri, yang dimainkan oleh kaum pria dan wanita.

Tari Dana Sarah

Dana Sarah adalah nama sebuah tarian yang berasal dari daerah Pelayangan, Jambi. Asal usul dan pencipta dari tarian ini pun tidak diketahui secara jelas, kemudian di tahun 1984 Abdul Aziz menata ulang kembali.

Namun yang pasti, makna dari Tari Dana Sarah ini digunakan sebagai media penyebaran agama Islam, dan dakwah ke berbagai daerah pada masa lalu, dengan dimainkan oleh pria dan wanita.

Tari Cucu Ungko

Tidak banyak informasi didapat dari tarian ini, namun jika dikutip dari beberapa sumber, maknanya adalah tentang usaha dan kepandaian masyarakat dalam menangkap, atau berburu hewan yang disukainya.

Tari Mengatur Berentak

Pencipta tarian ini tidak dikenal, namun kemudian ditata ulang oleh Zakaria pada tahun 1970.

Tarian ini menggambarkan kegotong-royongan dalam menggarap sawah dan dibawakan oleh penari putri saja.

Yuk, baca juga Tari Tradisional Sumatera Selatan ini.

Tarian Adat Jambi yang Wajib Dilestarikan

Sebenarnya masih banyak jenis tari tradisional Jambi namun, tidak semuanya memiliki sumber yang jelas dan data yang bisa dijadikan fakta.

Sebut saja seperti Tari Mandi Taman, Rangguk Ayak, Kromong, Puti Cinde, Marcok, Aek Sakotak, Rangkuang, Iyo-Iyo, Sarentak Satang dan lain sebagainya.

Ini dikarenakan sebagian besarnya berasal dari zaman dahulu, yang penyebarannya hanya dilakukan dengan cara turun temurun atau dari mulut ke mulut saja.

Namun Meskipun begitu apapun yang ada sekarang tetaplah harus dijaga dengan baik dan terus dilestarikan.

Ditambah lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seluruh jenis tarian yang ada bisa ditata ulang atau di kembangkan, tanpa mengubah konsep awal.

Sehingga keeksistensiannya tidak berakhir pada generasi sekarang saja, namun terus bisa diperbarui hingga anak cucu kita kelak.

Jenis Tari lainnya dari Sumatera :

Penutup

Nah, itulah tadi Penjelasan mengenai Tari Tradisional Jambi dan Penjelasannya untuk kamu. Semoga bisa menambah wawasan dan terima kasih. (Ref)