7+ Puisi Tentang Virus Corona

Posted on

Puisi Tentang Virus Corona – Selamat datang kembali di Blog Senipedia. Pada kesempatan kali ini, saya telah merangkum kembali materi mengenai Puisi, dan yang akan diluas dalam artikel ini ialah ekspresi pilu dari keadaan yang tengah mengkhawatirkan beberapa bulan terakhir, yakni Puisi Virus Corona.

Beberapa bulan terakhir ini, dunia dihebohkan dengan kehadiran virus berbahaya dan mematikan yang berawal dari sebuah daerah di China, bernama Virus Corona (COVID-19). Penyebaran virus ini sangat cepat dan bahkan telah merenggut ribuan nyawa di seluruh dunia, termasuk Indonesia

Fakta ini membuat seluruh negara menetapkan siaga darurat mengingat keadaan yang makin genting. Bahkan, berdampak jelas terhadap berbagai badan usaha dan perekonomian, terutama di bidang sektor wisata, penginapan, perkantoran dan bisnis lainnya. Bahkan, mayoritas instansi pendidikan telah diliburkan.

Sebagai manusia sosial, hal ini tentu cukup mengkhawatirkan, karena sampai sekarang belum ditemukan penangkal / obat yang benar-benar efektif serta diperjualbelikan secara umum. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdo’a dan berusaha semaksimal mungkin untuk melindungi diri, keluarga maupun orang sekitar.

Nah, untuk mengekpresikan keadaan yang tengah ramai ini, kamu juga bisa menyalurkannya melalui beberapa Puisi tentang Virus Corona di Indonesia dan Dunia di bawah ini, sebagai ajang simpati dan rasa duka bagi penderita maupun korban. Simak selengkapnya di bawah ini.

Puisi Tentang Virus Vorona

Namun sebelum lanjut, ada satu hal yang ingin saya sampaikan, bahwa seluruh Puisi Mengenai Virus Corona di bawah ini adalah karya Pribadi Admin Senipedia sendiri, bukan bereferensi atau diambil dari website lain. Jadi, bila ada yang ingin mencopy-nya, harap lampirkan sumber URL artikel ini. Check this out…

Begitu Cepat

Bagai angin kencang semilir,
Bagai air bah yang mengalir,
Kau menyebar ciptakan getir,
Rasa gundah gulana dan khawatir…

Jalanan lengang dan sepi,
Ketika kau datang menghantui,
Jutaan manusia lingungi diri,
Berselimutkan do’a setiap hari…

Virus Corona,
Itulah kau diberi nama,
Tak terlihat namun menganiaya,
Orang tak bersalah dan berdosa…

Sejahat itukah keberadaanmu,
Sekejam itukah kedatanganmu,
Sungguh keceriaan kau ganti pilu,
Kebahagiaan kau ganti sendu…

Tak banyak yang bisa dilakukan,
Yang kian banyak hanya korban,
Pupuskan ribuan harapan,
Impian untuk masa depan…

Kemana Semua Orang?

Sinar Surya di pagi hari,
Ku terbangun tuk wujudkan mimpi,
Ku lihat berita di televisi,
Sontak bergetar dalam hati…

Apa yang tengah terjadi?
Mengapa di jalanan itu sepi?
Pantai indah itu kenapa sunyi?
Kemana penduduk bumi?

Apakah ini kepupusan harapan,
Atau teguran untuk semua insan?
Atau apa?
Adakah yang bisa menjawabnya?

Aku terdiam dan bingung,
Hayati berita yang berdengung,
Semua wajah mereka murung,
Telan luka nan dirundung…

Ya Tuhan, berilah kami keselamatan,
Berikan kami kesempatan,
Hilangkanlah semua keresahan,
Tumbuhkan kembali kebahagiaan…

Nasib Bumi

Puisi tentang virus corona
Cnn.com

Ratapan terdengar di mana-mana,
Tangisan berdengung di seluruh penjuru dunia,
Rasa takut yang merajalela,
Rasuki semua hati umat manusia…

Sebabmu wahai Virus Corona,
Perenggut ribuan nyawa,
Tak tebang pilih, semua sama,
Hanya takdir saja yang membeda…

Bagaimana kabar kawan di sana,
Apakah baik-baik saja?
Atau hatimu telah terluka,
Karena ulah virus Corona?

Inilah nasib bumi kita,
Yang tengah diselimuti derita,
Korban berjatuhan di mana-mana,
Semoga cepat sembuh, wahai Dunia…

Begitu Mencekam

Seluruh dunia diselimuti ketakutan,
Aku mengakui dan aku tertekan,
Mencekam dan begitu memilukan,
Mengalah, tanpa bisa melawan…

Keadaan bumi masih seperti biasa,
Sebelum semuanya menjadi sama,
Kini tak kau lihat ramainya kota,
Tiada jalan yang dilewati mobil dan kereta…

Aku pilu mengungkapkan ini,
Rasa di hati tiada tersadari,
Membabi buta dan membenci,
Namun akhirnya kembali sunyi…

Dia datang tanpa janji kembali,
Dia menyerang tawarkan mati,
Kau melawan dengan berani,
Hingga manusia-manusia bersembunyi…

Mencekamnya keadaan mendekap,
Hanya bisa berdo’a dan berharap,
Sejak mentari terbit hingga malam gelap,
Semoga kelas hilang tangis dan ratap…

Mereka Tak Bersalah

Setelah semua musibah ini berakhir,
Ada 1 hal yang amat aku sesali,
Yaitu jiwa-jiwa yang tak bersalah,
Tak berdosa,
Dipaksa menerima kenyataan,
Yang amat pahit itu…

Mereka belum mengerti,
Belum siap tuk memahami,
Belum sanggup menghadapi,
Urung temukan jati diri…

Bagaimana tidak?
Virus muncul begitu congkak,
Yang terdengar hanya suara sesak,
Dari korban yang kian marak.

Mereka tidak bersalah,
Belum tahu apa-apa,
Sebegitu tegah Virus menjarah,
Dan sudi melihat mereka pasrah?

Tolonglah, Tolonglah mereka,
Jangan biarkan luka membara,
Mereka masih butuh penunjuk arah,
Bukan jalanan yang tak terjamah.

Kembalikanlah Bahagia Kami

Setiap pagi, sore dan malam,
Kami bercengkrama dengan kecam,
Hari-hari kian memburam,
Bagai terjebak dalam padam.

Sepinya bumi yang menyiksa,
Terbitkan keluh hadirkan derita,
Entah dimana ini ujungnya,
Menanti obat pelibur lara.

Ya Allah,
Kembalikanlah kebahagiaan kami,
Kami rindu suasana dulu lagi,
Dimana pagi, bertatapan dengan mentari.

Ya Allah,
Datangkan kembali nyamannya hari,
Kami rindu keringat bahasi diri,
Yang datang dari lelahnya badan ini,
Kala bekerja di tengah hari.

Andai semua ini segera berakhir,
Tak tahu apa yang pastas terucap,
Untuk menggambarkan rasa terima kasihku,
Pada-Mu-lah kami berharap.

Tolonglah, Ya Allah,
Dengan tangan ternganga penuh pasrah,
Lewat sisa-sisa secuil gairah,
Kami memohon secercah cerah,
Untuk kembalinya hidup yang Indah.

Leburkan Asa

Semua berubah,
Setelah virus itu menggulung,
Menghantam dalam-dalam,
Menitip luka pada relung.

Semua jadi berbeda,
Selepas Corona melanda,
Meluluhlantakkan semua cerita,
Yang tertinggal hanyalah do’a.

Semua menghilang,
Sesudah penyakit murka,
Menyuruh mereka untuk pulang,
Serta meleburkan secercah asa.

Semua terlihat murung,
Menikmati pilu yang dirudung,
Menyirnakan seluruh impian,
Yang indah di masa depan.

Semua mengutuk diri,
Atas apa yang telah terjadi,
Hanya ratapan penggetar bumi,
Dari tanah Ibu Pertiwi.

Oh, Virus Corona…

Indonesia Menangis

Negeriku kembali menangis,
Berlinang air mata jatuh ke tanah,
Menyaksikan virus yang bengis,
Ciptakan kembali pilunya sejarah..

Negeriku kembali berduka,
Sebab apa yang tengah melanda,
Silih berganti lara dan derita,
Menghampiri tanah air tercinta.

Negeriku kembali bersedih,
Cobaan demi cobaan mengiris pedih,
Bercerainya cinta dan kasih,
Entah kapan akan kembali pulih.

Tuhan, Maafkan Kami,
Kembalikanlah keceriaan negeri ini…

Simak Juga : 17+ Puisi Tentang Bencana Alam

Penutup Puisi Tentang Virus Corona

Demikianlah, ulasan singkat kali ini mengenai Puisi Tentang Virus Corona di Indonesia dan dunia. Saya secara pribadi menghimbau kepada seluruh pembaca, untuk senantiasa menjaga kesehatan dan melindungi diri dari segala bentuk hal yang mengakibatkan tertularnya virus Corona. Terima kasih. (Ref).