Puisi Fiersa Besari

Posted on

Puisi Fiersa Besari – sebagai sosok generasi milenial artinya sudah tidak asing lagi dengan pemuda masa kini beliau adalah seorang musisi, penulis dan pemusik yang namanya melambung dalam beberapa tahun terakhir ini.

Beliau lahir di Bandung, pada 3 Maret 1984 (36 tahun). sepanjang perjalanan karirnya, ia telah menerbitkan 6 novel ternama. Selain penulis novel, ada juga beberapa puisi karya Fiersa Besari yang telah dipublikasikan secara umum.

Beberapa judul buku yang telah diterbitkannya, antara lain adalah :

  • Garis Waktu (2016)
  • Konspirasi Alam Semesta (2017)
  • Catatan Juang (2017)
  • Arah Langkah (2018)
  • 11:11 (2018)
  • Tapak Jejak (2019)

Sebagai seorang penulis handal, tentunya sastra di bidang literasi sangat melekat dalam dirinya. Sehingga tidak heran, bila ada beberapa Puisi Fiersa Besari yang fenomenal dan sangat menyentuh.

Nah, sebagai musisi, lagu bertajuk “Waktu Yang Salah” yang dinyanyikan bersama Tantri, mendapatkan sambutan hangat dari segenap pecinta industri musik di tanah air. Ini dibuktikan bahwa video resminya telah ditonton lebih 100 juta kali di Platform YouTube.

Di tahun 2019 dan 2020 ini, dia berhasil menyabet beberapa penghargaan bergengsi, diantaranya IKAPI Awards sebagai Rookie of the Year, 2 Piala Maya sebagai Lagu Tema Terpilih dan Top Collaboration Song Of The Year.

Terakhir ada penghargaan dari Billboard Indonesia Music Awards, sebagai Top Social Artist Of The Year dan juga Top Male Singer Of The Year. Mendapatkan banyak penghargaan tak lantas membuat dia berhenti berkarya.

Nah, di bawah ini adalah beberapa Puisi Ciptaan Fiersa Besari tentang berbagai tema, oleh Senipedia. Silakan simak sampai selesai dan rasuki maknanya ke dalam jiwamu. Check this out…

Puisi Fiersa Besari ~ Perantauan

Puisi Fiersa Besari

Di dalam puisi ini, Fiersa Besari mengungkapkan bahwa ia meminta izin kepada ibunya, sekaligus meminta maaf bahwa di kesempatan tersebut, ia tidak belum bisa pulang kampung, sehingga tidak bisa bertemu dengan ibunya.

Meski Rindu harus ditahan dan terus bertambah, namun tuntutan kehidupan juga kian mendesak seseorang untuk merelakan satu hal demi mencapai hal yang lain.

Puisi ini juga sangat relevan diungkapkan oleh teman-teman semua, yang saat ini tidak bisa pulang kampung karena pandemi Virus Corona yang tengah mewabah ini. Berikut, isinya :

Teruntuk Ibuku sayang,
Maaf, aku belum bisa pulang,
Mengadu nasib di negeri orang, 
Kerap bergadang demi peluang…

Iya, aku masih ingat kau pernah bilang bahwa,
yang terpenting bukanlah uang,
Namun,
aku tak ingin hari tuamu serba kurang,
Hanya karena aku tidak cukup keras berjuang. 

Bertanding kasih denganmu,
Aku takkan menang, 
karena demi aku,
maut pun rela kau tantang…

Tapi Ibu,
izinkan anakmu membanting tulang,
Seberes urusan,
aku akan secepatnya datang

Karena di punggung tanganmu yang tenang,
adalah tempat keningku berpulang,
Dan jemaah denganmu kala sembahyang,
adalah kebahagiaan yang tak pernah Lekang…

Puisi Fiersa Besari ~ Ibu

Engkau adalah ruang tam,
di mana segala tentangmu kubanggakan pada dunia,
Engkau adalah atap,
yang melindungi bumi dari hujan dan terik…

Engkau adalah pekarangan,
yang tak membiarkan jahatnya dunia luar memburuku,
Tanpa terlebih dahulu melewatimu…

Engkau adalah kamar,
tidur tempat aku merebah lelah,
Engkau bahkan tidak protes jika harus menjadi toilet,
tempatku memuntahkan keluh dan kesah…

Engkau bahkan tetap tersenyum jika harus menjadi garasi,
Tempat uap kemarahanku,
Menjadi karbon yang mematikan…

Ibu, engkau adalah rumah,
Tanpamu,
Aku tunawisma,
tanpa tempat pulang…

Puisi Fiersa Besari ~ Tanpa Mula, Tanpa Akhir

Kata kata Fiersa Besari

Aku senang wangimu Yang tertinggal,
Di sela kalimat manis yang berpenggal-penggal,
Di antara reruntuhan kenangan yang membatu,
Wangimu, sayangku,adalah sebuah mesin waktu…

Aku suka matamu yang coklat penuh hasrat,
Membuat melangkah pergi darimu terasa sangat berat,
Dengan mata itu kau memandang alam semesta,
Dengan mata itu pula kau menjadikanku tak mampu berkata apa-apa…

Aku benci senyummu yang dipenuhi zat adiktif,
Sampai aku tak tahu lagi mana yang fakta, mana yang fiktif,
Senyum seindah senja itu tak pernah gagal membuatku gelagapan,
Membias jingga sebelum akhirnya menggiringku kekegelapan…

Aku rindu sosokmu yang memberitahu aku bahwa Cinta terpendam,
Adalah bahasa keheningan dengan hati yang saling menggenggam,
Jadi, Apakah salah jika selalu namamu Yang terukir?
Meski rasa ini tanpa nama,tanpa sebab, tanpa mula, tanpa akhir?

Salahkah Melangkah

Ledakan amarah di mana-mana,
di dunia nyata dan dunia maya,
Membenci demi sesuatu yang suci,
Menghina yang seharusnya dibina…

Anak kecil meniru-niru kita,
Dengan bangga memainkan senjata,
Mereka bertanya “dimana Bapak?”,
Mati demi membela entah apa…

Kita manusia,
darah kita merah,
sesungguhnya,
tak banyak yang berbeda…

Sementara remaja mengejar gengsi,
Sibuk ber-selfie demi eksiatensi,
Kepedulian hanyalah sedangkal like dan komen,
di media sosial…

Buku dibiarkan,
amal ditinggalkan,
Kebohongan disebarluaskan…

Harus separah apa luka Dan Air Mata,
Agar kau lihat ada yang salah dengan kita?,
Semestinya merangkul bukan saling memukul,
Semestinya memeluk bukan saling menusuk…

Warna kulit berbeda,
Keyakinan berbeda,
Memang kenapa? Memang kenapa?
Kita saudara…

Akhir Kata

Nah, demikianlah ulasan singkat kali ini mengenai kumpulan Puisi Fiersa Besari paling menyentuh dan sedih serta bikin baper. Semoga kumpulan puisi di atas bisa bermanfaat dan menjadi referensi utama bagi kita semua. Terima kasih.