Kesenian Ketoprak Jawa : Pengertian, Sejarah dan Ciri-Cirinya

Posted on

Pengertian Kesenian Ketoprak Jawa

Artikel ini berisi tentang Pengertian Kesenian Ketoprak Jawa, Jenis, Ciri, tujuan hingga Sejarah Ketoprak Jawa Tengah.


Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan seni dan budayanya sejak zaman dahulu, dan itu telah diakui seantero dunia. Salah satu kesenian terbaik di Indonesia adalah Kesenian Ketoprak Jawa Tengah.

Ketoprak adalah kesenian asal Jawa Tengah dan sangat tersohor di Indonesia, khususnya pulau jawa yang meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Meski telah berusia lama, kesenian ini terus dibudayakan dan dilestarikan secara turun-temurun.

Menurut banyak sumber, Kesenian Ketoprak berasal dari Provinsi Jawa Tengah, khususnya Surakarta. Namun meskipun begitu, seni drama yang satu ini lebih berkembang pesat di daerah Yogyakarta.

Pengertian Ketoprak dalam Bahasa Jawa adalah berasal dari sebuah alat yang bernama Tiprak, yang kata dasarnya adalah Prak, karena bunyi yang dikeluarkan seakan-akan terdengar seperti Prak…Prak…Prak.

Pernyataan ini dikemukakan oleh Kuswadji Kawindrasusanta, dalam sebuah bukunya yang disampaikan pada Lokakarya Kethoprak Tahap I (17 – 9 Februari 1974), di Yogyakarta. Karena bunyi yang dihasilkannya itulah, sehingga kesenian ini disebut dengan istilah Ketoprak.

Secara Bahasa, Pengertian Ketoprak adalah suatu jenis kesenian berupa Drama, yang dimainkam oleh sekelompok pelakon di atas panggung, dengan mengangkat tema yang beragam, diantaranya perjuangan melawan penjajah, dongeng, legenda jawa, hingga cerita kehidupan sehari-hari, yang juga diiringi lawakan.

Ciri-ciri Kesenian Ketoprak paling khas adalah dialognya yang menggunakan bahasa jawa. Tema cerita yang diangkat juga kebanyakan diambil dari dongeng dan legenda-legenda kebudayaan Jawa. Meskipun terus mengalami perubahan alur, namun keaslian dan pemaknaan tidak dihilangkan.

Sejarah Kesenian Ketoprak Jawa

Untuk sejarah kesenian ketoprak secara lengkap, bisa kamu dapatkan dengan mengunjungi para tokoh masyarakat jawa secara langsung. Karena disini, admin akan menjabarkan sejarah singkatnya saja.

Menurut banyak pendapat, Seni Ketoprak telah dikenal sejak kisaran tahun 1922 silam, tepatnya di masa Mangkunegaran, yang awalnya dimainkan dengan Alat Musik Gamelan, yang berupa berupa lesung, alu, kendang dan seruling.

Meskipun begitu, ada pula sumber yang menyebutkan bahwa, Kesenian ini telah lahir sejak tahun 1887, yakni melalui beberapa pemuda yang tengah asyik memainkan lesung (penumbuk), dengan memukul-mukulnya, serta diiringi lantunan Dolanan.

Pertunjukkan sederhana pun akhirnya muncul, yang lama-kelamaan terus dimainkan oleh pemuda-pemuda di desa. Sehingga, menarik minat RM Wreksodiningrat, yang juga merupakan seorang seniman dan wayang, dari Keraton Surakarta untuk menciptakan Kesenian Ketoprak ini di tahun 1914.

Perkembangan terjadi begitu cepat. Hal ini bukanlah suatu keheranan, sebab, masyarakat Jawa kala itu memang membutuhkan hiburan baru, karena telah bosan dengan hiburan-hiburan lama, yang itu-itu saja.

Pada mulanya, pementasan yang dilakukan hanya melibatkan kaum Pria saja. Namun setelah melalui berbagai macam inovasi dan perubahan, kini kamu bisa menyaksikan para wanita-wanita yang lihai dalam memainkan peran mereka.

Jika kamu merasa belum puas, tenang, pertunjukkan kesenian Ketoprak bahkan bisa berlangsung hingga 6 jam loh, tentunya menyesuaikan dengan naskah dan alur cerita yang dimainkan. Namun sayangnya, bahasa yang digunakan mayoritas hanyalah Bahasa Jawa saja.

Perkembangan Kesenian Ketoprak Jawa

Setelah memahami pengertian dan asal-usul kesenian Ketoprak di atas, di bawah ini akan saya jabarkan mengenai perkembangan Kesenian Ketoprak dari masa ke masa secara singkat.

Di awal kemunculannya, Kesenian Ketoprak hanya dimainkan di lingkungan Keraton Kerajaan saja, sehingga Perkembangan ke wilayah lain sangat lambat, yang mengakibatkan kesenian ini tidak dikenal luas oleh masyarakat umum di jawa.

Namun pada masa kerajaan Mangkunegaran di Surakarta, tepatnya di tahun 1922, kesenian ini mulai diperkenalkan ke publik. Ini tidak lepas dari ketertarikan pihak Keraton, sehingga mereka ingin bahwa kesenian asli ini bisa tersebar secara luas.

Karenanya, banyak perubahan yang dilakukan seiring perkembangan yang semakin pesat. Iringan Gamelan yang mulanya hanya berupa lesung, alu, kendang, dan seruling kemudian di-upgrade agar lebih menyesuaikan.

Baca juga :
Fungsi Musik dalam Pementasan Drama

Nah, di bawah ini adalah beberapa Periode Perkembangan Kesenian Ketoprak secara lengkap, yang mencakup beberapa tahap :

1. Periode Gejog atau Lesung (1887-1908)

Ini adalah periode pertama. Seperti yang sempat saya singgung di atas, dimana beberapa pria membentuk sebuah pertunjukkan seni sederhana, yang berupa pementasan dan iringan alat musik, serta menceritakan tema dalam kehidupan sehari-hari di pedesaan.

Ini merupakan cikal-bakal terbentuknya Kesenian Ketoprak di Jawa Tengah. Penyebabnya tidak lain adalah keinginan mereka untuk mendapatkan jenis hiburan baru, yang sejatinya tidak membosankan untuk dimainkan dikala waktu senggang.

2. Periode Wreksadiningrat (1908-1925)

Pada masa ini, digadang-gadang sebagai masa dimana Ketoprak berjaya, karena K.R.M.T.H Wreksadiningrat (tokoh seni kala itu) menjadikan Ketoprak sebagai Kesenian Tradisional milik Kerajaan / Keraton. Tentunya, hal ini akan mendongkrak eksistensi Ketoprak di mata tanah Jawa.

Dalam pemeliharaan Keraton, Wreksadiningrat menciptakan beberapa inovasi besar, yang mengubah beberapa unsur dasar kesenian ini, salah satunya adalah penggantian Lengsung menjadi Gamelan sebagai alat pengiring utama.

Yang semula menggunakan lagu Dolanan, diganti dengan tembang macapat dan tembang tengahan. Dalam artian, tema dan lirik lagunya lebih banyak mengisyaratkan keagungan dan pujian terhadap Keraton.

3. Periode Wrektasama (1925-1927)

Periode Wreksadiningrat pun berakhir tanpa ada yang meneruskan untuk beberapa waktu. Namun  saat memasuki periode Wrektasama, Kesenian Ketoprak diangkat kembali, dan mulai menunjukkan eksistensi mereka hingga ke liar Keraton.

Tidak sampai disitu, Inovasi yang terwujud pada periode ini adalah penambahan iringan musik seperti saron, gitar, biola, mandolin, kenong, kempul dan gong, yang akhirnya menambah derajat dan kepopuleran Ketoprak hingga ke luar daerah.

Di sisi lain, tema-tema yang dimainkan juga semakin berani. Yang sebelumnya mayoritas hanya tentang kehidupan sehari-hari, pada masa ini telah temanya telah bertambah, hingga mengusung cerita babad atau kisah berdirinya suatu kerajaan.

4. Periode Krida Madya Utama (1927-1930)

Ini adalah masa dimana Kesenian Ketoprak Jawa telah menyebar luas di berbagai daerah. Para kelompok seni juga sudah berkeliling untuk mementaskan, sekaligus memperluas pengenalan mengenai Kethoprak.

Seiring waktu berlalu hingga tahun 1930, kesenian ini menjadi sangat terkenal di masa itu. Penyebarannya sangat cepat, mulai dari daerah-daerah pedesaan hingga ke pesisir Jawa tengah, termasuk Yogyakarta.

5. Periode Gardanela (1930-1955)

Perkembangan Kesenian Ketoprak pada fase ini, kembali mengalami sejumlah perubahan. Ada 2 hal yang cukup menonjol yakni alat musik pengiring, dan kostum / seragam yang digunakan para pelakon.

Untuk kategori alat musik pengiring, keseluruhan telah diubah menjadi seperangkat Gamelan secara komplit yang berlaras Pelog. Sedangkan untuk tata busana, menggunakan pakaian yang menjadi kebesaran Keraton.

Selain itu, tema cerita yang diangkat juga sudah terdapat beberapa yang dari luar negeri, seperti contohnya Sampek Engtay, Johar Manik. Intinya, fase ini mengalami inovasi secara besar-besaran, karena banyak perubahan dari segi elemen dasarnya.

Baca juga :
Jenis Alat Musik Berdasarkan Bunyi

6. Periode Ketoprak Moderen (1955 – 1958)

Alur perkembangan Kesenian Ketoprak akhirnya memasuki masa Modernisasi. Pada periode ini, telah muncul cukup bangak grup-grup / kelompok kesenian, yang menjadi pengembang Ketoprak di berbagai daerah, serta memiliki penggemar sendiri-sendiri.

7. Periode Gaya Baru (1958-1987)

Pada fase berikutnya ini, perkembangan tercermin dari pengadaan perlombaan-perlombaan Ketoprak di berbagai daerah, mulai dari Jawa Tengah, Yogyakarta hingga Jawa Timur.

Ini disebabkan karena kesenian Ketoprak yang telah berhasil dikenal luas. Dengan adanya perlombaan semacam ini, maka akan semakin meningkatkan eksistensinya di mata masyarakat, dari masa ke masa.

8. Ketoprak Masa Kini (1980-1990)

Pada fase ini, Seni Pertunjukkan Ketoprak telah terombak habis-habisan dari unsur aslinya. Meski tidak menghilangkan pemaknaan dasar, namun segenap perubahan dari inti seni ini sendiri, sejatinya telah berhasil merubah banyak hal.

Pada fase ini, tema cerita yang dibawakan tidak lagi terikat dengan Kebesaran Keraton saja, namun telah bebas membawakan tema apapun, begitu juga dengan peran dari masing-masing tokoh.

Kisaran tahun 1995, hadirlah sub seni dari Ketoprak, yang dinamakan Ketoprak Humor, dimana sub ini lebih mengedepankan sisi humor dan guyonan.

” Begitulah hingga saat ini, perkembangan akan terus terjadi. Tugas kita adalah melestarikan dan menjaganya sampai kapanpun. “

Admin Senipedia.id

Ciri ciri Kesenian Ketoprak Jawa

Nah, Beberapa Karakeristik Kesenian Ketoprak antara lain adalah sebagai berikut :

  • Tema cerita yang dibawakan sangat beragam, mulai dari cerita legenda, dongeng, babad, sejarah dan lain-lain
  • Tata busana yang dikenakan menyesuaikan dengan latar belakang cerita, serta peran masing-masing para pelakon
  • Menggunakan alat musik pengiring yang bervariasi pula, baik alat musik tradisional hingga modern
  • Durasi waktu pementasan cukup panjang, bahkan ada yang sampai 6 jam.

Jenis Ketoprak Jawa

Sejarah kesenian ketoprak
Kesenian Ketoprak Jawa Tengah

Dari perjalanan panjangnya, jenis-jenis Ketoprak secara umum terbagi menjadi 3 kelompok, yakni Ketoprak Leaung, Mataram dan Dor. Berikut pengenalan singkatnya :

1. Ketoprak Lesung

Ini adalah jenis pertama sekaligus menjadi cikal-bakal perkembangan Ketoprak. Bagi yang belum tahu, Lesung adalah sebuah alat tempat menumbuk padi, cara menggunakannya ialah dengan menghentakkan tongkat yang ujungnya bulat.

Hentakan tersebut akan menghasilkan bunyi yang cukup keras. Maka dari hasil bunyi tersebut dikombinasikan antara satu dengan yang lain, sehingga menciptakan alunan suara yang tersusun.

Menurut situs ki-demang.com, untuk mementaskan Ketoprak Lesung ini, dibutuhkan setidaknya 10-15 pemain (pria dan wanita), serta 5-7 orang sebagai pemusiknya. Memang semua tergantung dari tema cerita dan keadaan saat tersebut.

2. Ketoprak Mataram

Berikutnya bernama Mataram, yang merupakan hasil dari perkembangan Ketoprak Lesung di atas. Alat musik yang digunakan adalah Gemalan Jawa, serta berkembang pesat di Jateng, Jatim dan DI Yogyakarta.

Terdapat 4 macam pengelompokan adegan dalam jenis ini, yakni Jejer / Pasewakan, Lawak, Perang dan Roman (Gandrung). Untuk tema cerita tidak terbatas alias bebas dari mana saja.

3. Ketoprak Gor

Yang terakhir bernama Gor. Pada pementasan seni yang satu ini, tidak lagi mengusung unsur “Jawa” sepenuhnya, tapi sudah terkombinasi dengan budaya Melayu, India bahkan Tionghoa, dengan ciri khas berupa bahasa, lakon dan musik.

Ketoprak Dor merupakan warisan tradisi hiburan orang-orang Jawa Deli di Sumatra bagian Timur. Seni pertunjukan ini lahir di tengah-tengah situasi perbudakan terburuk dalam sejarah Asia Tenggara dan menjadi bagian sejarah kuli kontrak di tanah Deli

Fungsi Seni Ketoprak

Kita menyadari bahwa, hampir keseluruhan dari kesenian peninggalan nenek moyang kita, selalu mengedepankan makna didalamnya, sehingga tiap-tiap seni dan kebudayaan punya perbedaan, tujuan dan fungsinya masing-masing.

Hal ini tidak terlepas dari Kesenian Ketoprak Jawa Tengah, yang sejatinya juga memiliki beberapa fungsi, terutama dalam bidang Hiburan, penyampaian pesan, hiburan bahkan, unsur keagamaan bahkan ritual.

Setelah mengetahui Pengertian Kesenian Ketoprak, sejarah singkat hingga fase-fase perkembangannya di atas, di bawah ini ialah beberapa Fungsinya dalam berbagai elemen kehidupan :

1. Bidang Pendidikan

Untuk bidang pendidikan, Nilai kesenian akan tertransformasi melalui unsur-unsur kebudayaan yang terkandung didalamnya. Dalam pertunjukkan Ketoprak, Pelakon utama pasti akan jadi pusat perhatian, sekaligus panutan bagi para penonton.

Sehingga, keberadaannya bisa dimanfaatkan dalam penyampaian nilai dan norma berupa ajaran positif. Untuk itu, setiap pelakon harus mampu membawakan perannya sebaik mungkin, supaya penyaluran makna bisa mengalir dengan lancar kepada penonton.

Kelebihan lainnya adalah, Pementasan Ketoprak mengusung bahasa jawa asli, serta dialog yang dibawakan juga menjunjung tinggi nilai kesopanan dalam bertutur kata. Misalnya, ketika pemeran Prajurit berbicara kepada Raja, begitu pula sebaliknya.

Jadi, para penonton bisa menarik kesimpulan secara individual, tentang bagaimana cara berbicara yang dianjurkan, terhadap orang yang berbeda status, baik yang statusnya lebih tinggi maupun rendah.

2. Bidang Ritual / Keagamaan

Yang namanya tradisi, sangat dekat dengan istilah Ritualitas. Hal ini juga tidak lepas dari Kesenian Ketoprak Jawa, yang sejatinya juga melekat unsur ritual keagamaan. Bahkan di sebagian daerah, kamu akan menemukan adanya berbagai sesajian yang terlihat sebelum pertunjukkan dimulai.

Sebenarnya, ini adalah kepercayaan kuno tentang keyakinan bahwa, jika suatu persembahan dilakukan, maka bisa memperlancar jalannya pertunjukkan, dan permohonan-permohonan akan terlaksana dengan baik.

Hal semacam ini tidak hanya terdapat pada Pementasan Ketoprak saja, tapi pada tiap-tiap tradisi dan hampir secara umum, misalnya pertunjukan Kuda Lumping, Kuda Kepang, Debus dan lain sebagainya.

3. Bidang Hiburan

Keindahan suatu seni bisa dinikmati oleh siapapun, dan memang itulah tujuannya. Selain sebagai media atas pengekspresian sesuatu serta penyaluran makna yang terkandung, pementasan tradisi secara tidak langsung juga diminati berdasarkan hiburan.

Terlebih lagi Kesenian Ketoprak yang memiliki sub Humor, tentunya makna sebagai Hiburan semakin terpampang jelas, selain itu juga dikemas secara ringan, tidak melulu serius dan banyak lawakan / guyonan yang membetahkan.

4. Kritik Sosial

Tahukah kamu? Dulu, di pertengahan abad ke-19, pertunjukkan Seni Ketoprak pernah dilarang di seluruh daerah oleh pemerintah Jepang (sebelum Merdeka), alasannya adalah karena terlalu banyak mengkritik kepemerintahan.

Sebenarnya hingga kini, tidak hanya Ketoprak, kesenian tradisional lainnya juga masih banyak yang mengandung kritik sosial didalamnya. Salah satu penyebabnya adalah karena masih banyak yang menganut paham Paternalistik, yang menyebabkan mereka tidak bisa mengkritik secara langsung.

Sehingga, mereka meng-apresiasikannya melalui kesenian, baik itu terdapat pada gerak tari, bahasa tubuh saat drama, pantun, puisi, lagu dan jenis-jenis kesenian lainnya yang berkembang di Indonesia.

Makalah Kesenian Ketoprak

Informasi di atas sekiranya sudah bisa memberikan gambaran yang lengkap, serta cocok untuk dijadikan referensi utama maupun tambahan bagi kamu, yang tengah mencari maupun menambah wawasan mengenai kebudayaan di Jawa Tengah.

Dan jika kamu punya tugas sekolah atau kuliah, untuk membuat sebuah Makalah tentang kesenian, kamu bisa membuat Makalah Kesenian Ketoprak ini. Untuk selengkapnya, silakan download filenya Disini.

Penutup

Demikianlah, informasi kali ini dari Senipedia, tentang Pengertian Kesenian Ketoprak Jawa Tengah, Sejarah, perkembangan, ciri, jenis hingga Fungsinya dalam kehidupan. Semoga bermanfaat dan terima kasih. (Ref)

Leave a Reply